RSS

AKHLAK


 Pendahuluan
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Seseorang yang berakhlak mulia, selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak.
Disamping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral. Sebagai cabang dari filsafat, maka etika bertitik tolak dari akal pikiran, tidak dari agama. Di sinilah letak perbedaannya dengan akhlak dalam pandangan Islam. Dalam pandangan Islam akhlak mengajarkan mana ynag baik dan mana yang buruk berdasarkan ajaran Allah dan RasulNya.
Setiap manusia itu memiliki nilai sesuai dengan akhlak yang dimilikinya, baik maupun buruk. Dalam kehidupan social seseorang dihargai sesuai dengan kadar akhlaknya.
Agama-agama secara umum telah memberi perhatian khusus pada akhlak. Dalam Islam, perhatian ini tampak begitu jelas tanpa tertutupi kesamaran. Perhatian itu terlihat bahwa Islam menegaskan pentingnya akhlak mulia, mengajak untuk menghiasi diri dengan akhlak mulia, mendorong dan mencelup (mewarnai) dengan akhlak mulia.
Alquran dan Assunnah banyak mengandung teks-teks yang jelas tentang akhlak mulia. Islam mengaitkan aturan-aturan dengan akhlak. Padahal undang-undang buatan manusia tidak dikaitkan dengan akhlak, masing-masing berdiri sendiri-sendiri.
Islam telah mengkaitkan akhlak dengan akidah sehingga akhlak itu tertanam kuat di atas dasar yang kokoh sehingga memberinya kekuatan dan kelestarian. Akhlak tidak lagi sekedar kebutuhan estetis penyempurna yang boleh diambil atau ditinggalkan semaunya, sebab kedalaman, efektivitas, dan keutuhan akhlak mulia itu sepadan dengan kedalaman dan kekokohan iman dalam jiwa.

Pengertian Akhlak
Secara etimologi akhlak merupakan bentuk jamak dari al khuluq yang diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan. Kata al khuluq sebagai bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam alquran surat al qalam ayat 4 yang artinya “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung”.
Kata akhlak juga dapat kita temukan antara lain dalam hadis yang sangat popular, riwayat Malik yang artinya : “Bahwasanya aku (Muhammad) di atas menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak”.
Secara terminologis terdapat beberapa rumusan akhlak yang dilihat dari proses timbulnya akhlak tersebut. Pengertian akhlak lebih jelas dapat kita ketahui dari beberapa definisi yang dikemukanan oleh para ahli :
1. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan (KH. Farid Ma’ruf, 1973)
2. Abdullah Darroz mengemukakan definisi akhlak yang mirip dengan pandangan Ahmad Amin. Beliau menyatakan bahwa akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap yang membawa kecenderungan pada pemilihan pada pihak yang benar / akhlak yang baik atau pihak yang jahat / akhlak yang buruk (Abdullah Darroz, 1973)
3. Dengan kalimat yang berbeda, definisi tentang akhlak dari Imam al Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Al Ghazali, 1989).

Dari ketiga rumusan akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari proses timbulnya akhlak, maka rumusan Ahmad Amin dan Abdullah Darroz menunjukkan akhlak pemula. Sebagai contoh untuk memiliki sifat pemurah atau dermawan dari seseorang yang kikir memerlukan kehendak atau kemauan yang kuat untuk membiasakan diri melakukan perilaku dermawan, sehingga sifat atau akhlak dermawan benar-benar tertanam dalam jiwanya yang pada akhirnya menimbulkan perbuatan dermawan dengan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan. Hal demikian sesuai dengan rumusan akhlak menurut Imam al Ghazali tersebut diatas.

Sumber Akhlak dan Sasaran Akhlak
Sumber akhlak adalah al-qur’an dan al sunnah, maka segala sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, benar atau salah, karena Al-qur’an dan al sunnah menilainya demikian. Sifat pemaaf, syukur, pemurah, jujur dan rajin bekerja dinilai baik karena kedua sumber diatas (al-qur’an dan al sunnah) memang benar-benar menyatakan sebagai perilaku yang baik.
Demikian pula sebaliknya, kalau kedua sumber tadi menyatakan sebagai perilaku buruk seperti pendendam, curang dan malas, maka perilaku yang demikian itu adalah perilaku buruk.


Sasaran Akhlak
Sebagaimana kita ketahui akhlak adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya perbuatan. Dengan kata lain akhlak itu berkaitan dengan nilai baik dan buruk, maka yang dinilai baik dan buruk itu adalah keadaan batin yang melahirkan perbuatan-perbuatan, tingkah laku atau sikap secara spontan. Tetapi keadaan batin yang sebenarnya tidak mungkin diketahui orang lain. Orang hanya akan dapat menilai perbuatan-perbuatan yang dilahirkan oleh keadaan batin, baik atau buruk. Oleh karena itu dapat dikatakan yang menjadi obyek penilaian baik atau buruk adalah perbuatan-perbuatan, tingkah laku atau sikap yang mencerminkan keadaan batin yang mendorong lahirnya tingkah laku atua sikap atau sikap itu dapat dinilai baik atau buruk.

Contoh Akhlak Baik dan Buruk
1. Akhlak Baik

Yang termasuk dalam klasifikasi akhlak baik (akhlaq mahmudah) jumlah cukup banyak. Yang akan dibicarakan dalam pembahasan ini hanya beberapa saja dari akhlak yang tergolong baik tersebut yaitu :

a. Ikhlas
Menurut bahasa ikhlas berarti membersihkan atau memurnikan. Menurut istilah yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharap rida Allah SWT.

b. Tawakal
Tawakal artinya berpasrah diri kepada Allah setelah melakukan upaya-ypaya atau berikhtiar lebih dahulu.

c. Syukur
Syukur atau bersyukur ialah merasa senang dan berterima kasih atas nikmat yang Allah berikan.

d. Sabar
Yang dimaksud dengan sabar menurut pengertian Islam adalah tahan menderita sesuatu yang tidak disenang dengan rida dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah.

2. Akhlak Buruk
Seperti halnya akhlak baik, akhlak yang buruk (akhlaq mazmumah) juga banyak jumlahnya dan bermacam-macam wujudnya. Tetapi dari akhlak buruk yang banyak itu yang dibicarakan dalam pembahasan ini hanya beberapa saja yaitu :
a. Dusta
Dusta atau bohong itu adalah pernyataan tentang suatu hal yang tidak cocok dengan keadaannya yang sesungguhnya, dan ini tidak saja menyangkut perkataan tetapi juga perbuatan.

b. Putus Asa dan Kemalasan
Yakni ketidakmampuan seseorang menanggung derita atas musibah dan kemalangan atau kesedihan yakni ketidaksanggupan seseorang secara tekun dalam menghadapi masalah ia cenderung malas dan putus asa.

c. Pengecut
Sifat Pengecut termasuk dalam rangkaian akhlak buruk. Sifat ini selalu membuat pribadi ragu-ragu sebelum memulai sesuatu langkah yang berarti menyerah sebelum berjuang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: